Wednesday, April 28, 2010

.:. Belief .:.


MyFriendz...
Hari ini aku ingin mengajak kita semua flashback sejenak...
Ingatkah kamu masih kecil, dan mencoba belajar berjalan. Aku yakin kamu akan mengalami seperti ini :

Pertama : kamu harus belajar untuk berdiri, sebuah proses yang melibatkan seluruh tubuh, jatuh lalu kembali berdiri. Kamu terkadang tertawa serta tersenyum, tapi dilain waktu kamu menangis dan meringis karena sakit. Entah, seperti ada tekad dan keyakinan dalam dirimu bahwa kamu akan berhasil, apa pun dan bagaimanapun. Kamu punya motivasi dalam dirimu.

Setelah banyak berlatih akhirnya kamu mengerti bagaimana keseimbangan dirimu, sebuah persyaratan untuk kejenjang berikutnya. Kamu menikmatinya dan seolah-olah punya kekuatan baru, punya motivasi baru. Kamu akan berdiri dimana kamu suka – di tempat Anda, di sofa, di pangkuan mama-mu, papa-mu, atau pun seseorang. Itu adalah waktu yang menggembirakan karena kamu melakukannya. Kamu dapat mengontrol dirimu. Kamu tersenyum dan tertawa lucu, puas akan keberhasilanmu. Sekarang, langkah berikutnya adalah berjalan. Kamu melihat orang lain melakukannya, ini keliatannya tidak terlalu sulit, hanya memindahkan kakimu saat kamu berdiri kan...?

Gagal ternyata lebih kompleks daripada yang kamu bayangkan. Sekarang kamu berurusan dengan rasa frustasi. Tapi kamu harus terus mencoba, mencoba lagi dan mencoba lagi dan lagi sampai kamu tahu bagaimana berjalan. Kamu selalu ingin kedua tanganmu diberi pegangan saat berjalan.

Jika orang melihat kamu berjalan, mereka akan bertepuk tangan, mereka tertawa, mereka akan memberi semangat, “Ya Tuhan, lihatlah apa yang dia lakukan”. “Oh anakku sudah bisa berdiri”. “Pandainya anakku, pintarnya anakku” dan lain-lain. Dorongan ini memicumu, dorongan itu menambah rasa percaya dirimu. Dorongan itu memotivasimu.

Namun meski begitu, kamupun mencoba berjalan saat tak ada yang melihatmu, saat tak ada yang bersorak-sorai...? Setiap peluang ada, kamu berlatih untuk berjalan. Kamu tidak bisa menunggu seseorang untuk memotivasimu untuk mengambil langkah-langkah berikutnya. Saat ini kamu sedang belajar bagaimana untuk memotivasi diri sendiri.

Sekarang jika kita bisa mengingat hal ini tentang diri kita di hari ini, ingat bahwa kita bisa melakukan apapun yang kita pikiran. Kita mampu mengatur jika kita mau dan bersedia melewati proses, seperti ketika kita belajar berdiri, seperti ketika kita belajar berjalan. Kita tidak perlu menunggu orang lain untuk memotivasi kita, kita perlu memotivasi diri kita sendiri.

Jika kamu sudah lupa bagaimana melakukan hal ini, atau merasa seperti beku, kaku dan gamang. Maka kamu membutuhkan motivasi, ambillah kembali perjalanan singkat dalam hidupmu yang telah lewat. Lalu lihatlah prestasimu, tidak peduli prestasi besar atau prestasi kecil atau saat-saat dimana kamu bertemu dengan tantangan dan menemukan cara untuk berhasil. Ulanglah keberhasilan itu saat ini, saat kamu menghadapi permasalahan yang sedang kamu hadapi. Kamu tidak pernah menyerah. Dan kamu yakin serta percaya, bahwa kamu mampu dan bisa.

Sekarang kamu harus percaya pada dirimu. Bangun diri dan kemampuan sesuai keinginan, bukan sebaliknya. Sejauh apa yang kita inginkan dan tidak merugikan orang lain, YAKIN dan MAJU TERUS...!!!

Jadikan hari ini adalah hari terbaik dalam hidupmu, milikilah masa depan yang indah, dengan mulai membuat perubahan hari ini. BE GOOD TO YOURSELF AND OTHERS...!!!

Warmest Regards,
Michael

"I Try Not Become A Man Of Success But Rather To Become A Man Of Value, Significance, Quality & Inspiration In Life"
"God Has Not Called Me To Be Successful But He Has Called Me To Be Faithful"
"If I Die Tomorrow..I'd Be Alright..Because I Believe..That After I'm Gone..The Spirit Carries On..."

Thursday, April 22, 2010

...Ia Menjawab Doa, Bahkan Sebelum (Sempat) Berdoa...

Hi MyFriendz...
Dalam suatu doa, aku pernah kehabisan kata-kata, akhirnya aku hanya diam saja...
Bahkan dalam doa seringkali aku tidak mengatakan apa-apa...
Membiarkan DIA berbicara padaku...
Dan ternyata walaupun aku tidak pernah mendengarkan suara apa-apa secara langsung tapi aku bisa merasakan kehadiran Tuhan dalam doa-ku...
Dan itulah yang paling membahagiakan...
Dan jika kita peka, seringkali Tuhan berbicara kepada kita melalui pengalaman hidup sehari-hari dan dalam interaksi dengan sesama...

Tuhan memang ada di mana-mana, bahkan ada di dalam hati kita...
Tak ada ketulian dan kebutaan dalam kamus-Nya, karena DIA tahu betul apa isi hati kita yang sebenar-benarnya...
Memang jawaban doa tidak bisa diprogram supaya menjadi seperti yang kita mau, tetapi percayalah bahwa Tuhan selalu menjawab doa kita dengan tepat dan benar...
Doa adalah "nafas" kita...
Firman adalah "makanan" kita...
Amien...

So MyFriendz...
Saat Tuhan menjawab doamu, IA menambah imanmu...
Saat Tuhan belum menjawab doamu, IA menambah kesabaranmu...
Saat Tuhan menjawab lain dari doamu, IA memilih yg terbaik untukmu...
Coz...
GOD hears more than u say...
GOD answers more than u ask...
And GOD gives more than u desire...

Di bawah ini, aku sharing-kan sebuah kesaksian yang mungkin cukup untuk menjelaskan...



...Ia Menjawab Doa, Bahkan Sebelum (Sempat) Berdoa...


By : Jelitta Swetta


Percayakah Anda dengan pernyataan saya di atas? Jika tidak, izinkan saya berbagi mengenai dua moment terakhir yang terjadi dalam hidup saya.

Senja itu hujan rintik-rintik membuat jalanan licin. Ayah saya berusia lima puluh sembilan tahun namun masih kuat mengendarai motornya, dan senja itu ia membonceng saya. Rumah saya terletak di pinggiran Bandung dengan jalanan sulit meliputi dua tanjakan curam, yang selama sepuluh tahun terakhir ini tidak menawarkan masalah apa-apa pada ayah saya, sampai senja itu.

Entah karena ban motornya yang gundul, entah karena jalan licin yang baru terguyur hujan, yang pasti di tikungan kedua, ayah saya kehilangan kendali akan motornya, dan motor itu jatuh ke arah kanan.

Saya bukan perempuan yang bisa bereaksi cepat jika ada sesuatu yang terjadi. Pada saat kedua anjing saya berkelahi dan yang satu mencakar bola mata yang lain (sampai tergantung keluar seperti film kartun), saya cuma bisa menangis melihatnya sementara suami saya langsung menelepon dokter hewan kami. Saya juga tidak pernah berlatih karate, dan terus terang bukan penggemar olahraga, sehingga sampai saat ini saya masih terheran-heran apa yang menyebabkan saya bisa bereaksi begitu cepat, tangkas, dan tepat.

Pada saat motor ayah saya oleng ke kanan (saya menggunakan rok sehingga posisi duduk saya miring), ayah saya terkena akibat terlempar ke kiri, tapi dengan posisi seperti harimau mengaum dengan kedua tangannya terangkat ke atas. Ia tidak bisa menahan gravitasi bumi yang menariknya dan didepannya adalah pohon tinggi serta benteng rumah orang. Tidak ada alternatif yang lain. Entah keningnya akan menghantam pohon, atau dinding. Tinggal pilih saja.

Ayah saya punya sejarah stroke dua kali. Jika kepalanya terbentur keras seperti itu saya bahkan tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi. Dan kejadian itu berjalan sangat cepat dalam hitungan tiga sampai lima detik.

Anehnya, bahkan sampai saat ini, saya masih bisa melihat kejadian itu di depan mata saya, karena saya menyaksikannya dalam adegan slow motion, benar, seperti ada remote kehidupan yang tombol slow motion nya ditekan. Saya masih bisa mengingat gerakan ayah saya yang seperti harimau mengaum siap menerkam pohon atau benteng rumah orang di depannya.

Dan saya, perempuan yang tidak pernah bereaksi cepat kecuali jika adegan hidup adalah rutinitas yang selalu berulang setiap hari, melompat turun dari motor yang oleng ke kanan, dan dengan gagah berani (sambil menyandang tas berat di bahu kanan), mencengkeram jaket ayah saya yang tebal, dan entah kenapa, punya kekuatan untuk menarik ayah saya sehingga tidak jadi menerkam pohon di depannya.

Cuma tiga sampai lima detik.

Tak ada waktu untuk berpikir. Tak ada waktu untuk berdoa. Tak ada waktu bahkan untuk memanggil nama Tuhan sekalipun. Secepat kedipan mata, bahkan saya pun tidak terpikir untuk melakukan hal itu. Tubuh saya yang melakukannya. Reflek saya yang melakukannya. Reflek? Yang benar saja. Handphone yang meluncur jatuh dari genggaman tangan saya saja, saya tidak mampu menangkapnya. Dalam keadaan nyaman di depan televisi menggenggam cangkir kopi panas saja, kopi saya tumpah tanpa ada yang menyenggolnya. Reflek?

Senja itu saya belajar bahwa Tuhan, penguasa semesta alam dengan galaksi besar tidak terhitung banyaknya, masih bisa memperhatikan seseorang (dua orang) yang berada di galaksi bima sakti, di planet bumi, di benua Asia, di negara Indonesia, di kota Bandung, di pinggiran jalan basah setengah kilometer dari rumah saya. Ia masih sempat menolong dengan menggerakkan tangan saya untuk menarik kembali ayah saya yang sedang terjun bebas ke sebuah batang pohon. Padahal, benar, saya bahkan tidak sempat memanggil namaNya, apalagi berdoa melipat tangan.

Moment yang kedua, adalah pada saat adik saya terkena usus buntu. Ia sudah merasakan itu sejak dua minggu sebelumnya, namun tidak pernah mengeluhkan tentang itu. Hingga pada hari minggu ia menderita kesakitan, dan didiagnosa penyakit maag-nya kambuh kembali. Senin esoknya penyakitnya makin parah, dan kami memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit saja.

A atau R? Saya memikirkan dua alternatif itu. R lebih dekat ke rumah tapi A memiliki reputasi yang lebih bagus. Saya tidak bisa memilih dan manusia lama saya masih berpikir untuk mengandalkan logika, sampai untunglah saya teringat untuk meminta petunjuk pada Tuhan. Saya tidak masuk ke dalam kamar menutup pintu dan berlutut berdoa, karena itu belum jadi kebiasaan saya, namun saya mengucapkannya dalam hati sambil beraktivitas.. (Tuhan, bantu saya memilih rumah sakit A atau R?)

Saya bahkan tidak punya gambaran bagaimana Tuhan akan menjawabnya. Yang pasti saya yakin bukanlah berupa suara mengguruh disertai halilintar menyambar.. AAA!!!! Atau e-mail yang tiba-tiba muncul, atau sms nyasar..

Namun jawaban-Nya ternyata cepat, bahkan tidak sampai dalam satu jam. Bagaimana? Bagaimana Ia menjawab? Saya yakin Anda sangat ingin sekali tahu. Ya, beginilah Ia menjawab, ia menanamkan keyakinan pada hati saya untuk memilih rumah sakit R.

Anda kecewa? Ya, saya bisa melihatnya. Kenapa bukan berupa sesuatu yang ajaib? Kenapa bukan berupa sesuatu yang menakjubkan?

Tapi memang begitulah terkadang Tuhan berbicara, manusiawi dan lembut. Mari kita belajar untuk mendengar suara-Nya. Sore itu saya belajar mendengar-Nya. Pilihan yang semula 50% - 50% menjadi 80% - 20%, namun itu sudah cukup untuk saya. Kami pun menunggu suami saya pulang yang akan mengantarkan kami ke rumah sakit R.

Setengah delapan, setengah sembilan.. kenapa suami saya belum datang juga? Jam enam sore tadi, saat kami berbicara melalui telepon, ia mengatakan sedang dalam perjalanan menuju rumah dosennya. Saya memperkirakan ia tiba di rumah jam tujuh. Tapi sekarang sudah hampir setengah sembilan. Suami saya sudah di akhir skripsi, dan itu berarti pertemuan dengan dosennya tidak mungkin selama itu. Ketika akhirnya ia tiba juga jam setengah sembilan lebih, ia bercerita ada dua mahasiswa yang mengambil kelas malam juga, tengah berkonsultasi dengan dosen tersebut, dan mereka kemudian mengobrol tentang hal-hal biasa lama sekali! Saat giliran suami saya, dosen tersebut cuma memerlukan waktu sepuluh menit untuk melakukan acc dan pertemuan itu berakhir. Tapi suami saya menunggu lebih dari dua jam, yang berarti kepergian kami ke rumah sakit juga tertunda lebih dari dua jam!

Percayakah Anda bahwa Ia mengatur segala sesuatu indah pada waktu-Nya?

Sepertinya tidak. Adik saya sudah sangat kesakitan di rumah. Bergerak sedikit saja ia mengerang dan merintih. Entah kenapa sama sekali tidak terlintas di pikiran saya untuk memanggil taksi, atau meminta bantuan tetangga, atau saudara. Adik saya mengatakan ia takut usus buntunya sudah pecah, kalau memang itu usus buntu. Saya mengatakan padanya berdoa saja.

Kami pun tiba di UGD rumah sakit jam setengah sepuluh malam. Dan seperti dugaan saya sebelumnya memang penyakit yang diderita adik saya adalah usus buntu. “Dan ini harus segera ditangani, ada dokter yang sedang mengoperasi pasien usus buntu juga di atas, Anda mau langsung dioperasi malam ini?”

Tentu saja, adik saya sudah sangat kesakitan seperti itu. Ibu dan ayah saya mengurus pengambilan sample darah untuk memastikan diagnosa dokter UGD itu, suami saya menelepon perusahaan asuransi, sementara saya menunggu adik saya di ruang darurat UGD yang dibatasi tirai-tirai. “Kita berdoa yuk..” aku mengajak.

Doa yang jauh dari sempurna, kami panjatkan malam itu. Agar Tuhan memilihkan dokter untuk kami, agar Tuhan ikut campur tangan dalam operasi itu.

Operasi pun dilakukan. Jam satu malam, dokter keluar dari ruang operasi untuk memperlihatkan usus buntu yang berhasil ia potong. “Kenapa baru sekarang datang?” dokter itu sedikit marah. “Usus buntunya sudah lama pecah, dan sudah bernanah ke mana-mana, sampai-sampai yang baru kami ambil saja sudah 50 cc!”

Kami terbengong dan ternganga.

Ketika operasi selesai dan dokter itu keluar dengan pakaian biasa, ia berkata adik saya masuk ICU. Meremang rasanya tubuh ini. Saya mengira ini cuma operasi usus buntu biasa, tapi nyatanya adik saya sekarang di ICU dengan tiga selang dipasang dalam perutnya.

Kami menunggu mondar-mandir di ICU tengah malam itu, memperhatikan foto-foto para dokter yang ada di rumah sakit itu. Dan menemukan suatu kenyataan. Dokter yang melakukan operasi tadi, yang memarahi kami tadi, adalah direktur rumah sakit ini! Ia punya deretan gelar yang banyak sekali di belakang namanya. Ia orang yang pintar sekali yang bahkan pernah melakukan operasi dengan dokter asing di luar negeri. Dan kami bahkan sebelumnya tidak tahu namanya, kami bahkan tidak pernah meminta ingin dioperasi oleh dokter itu.

“Oh ya, ia dokter terkenal..” tante saya mengatakannya pada saat ia tahu siapa yang melakukan operasi itu.

“Oh ya, ia biasanya praktek setelah jam sembilan malam..” om saya mengatakannya pada saat ia tahu siapa yang melakukan operasi itu.

Apakah Anda merinding? Saya juga. Tuhan telah menjawab doa bahkan jauh sebelum doa itu diucapkan naik ke hadirat Nya. Ia sudah menyediakan jauh sebelum segala peristiwa terjadi. Percakapan dua mahasiswa kelas malam itu dengan dosen, yang cuma berbicara tentang basa-basi. Apakah itu ada tujuan Nya? Oh ya. Menurut Anda, kalau suami saya tiba jam tujuh dan kami sampai rumah sakit lebih awal, apakah mungkin dokter yang melakukan operasi adalah dokter lain, yang mungkin saja terkejut dengan kondisi adik saya yang usus buntunya sudah pecah dan nanah mengalir ke mana-mana? Adik saya bisa saja meninggal.

Anda tahu ucapan direktur rumah sakit itu pada siang hari setelah adik saya sadar di ICU? Ia bilang, “..kamu ini paling menyusahkan operasi!” Seorang direktur rumah sakit besar dengan deretan gelar di belakangnya, dan pernah melakukan operasi dengan dokter asing di luar negeri mengatakan itu operasi yang sulit!

Bukankah Tuhan kita Tuhan yang luar biasa?

Pada saat saya bertanya pada-Nya, rumah sakit A atau R, ya Tuhan? Ia menjawab, R saja, Aku memilihkan yang terbaik untukmu. Kusediakan ia di sana, sedang melakukan operasi usus buntu juga, karena cuma ia yang bisa melakukan operasi yang sulit ini. Tapi jangan datang terlalu cepat, nanti kau diberikan pada dokter lain. Datanglah tepat pada waktu-Ku. Segala sesuatu indah pada waktu-Ku.

Dan malam itu di UGD, saya berdoa dengan adik saya, pilihkan dokter untuk kami, Tuhan, campur tangan dalam operasi ini, ya Tuhan.

Anda tahu, saya membayangkan saat itu Tuhan tersenyum. Anakku, Aku sudah memilihkan dokter untukmu jauh sebelum kau meminta padaKu, Aku sudah turut campur dalam segala sesuatunya untuk mengantarmu tepat pada waktu Ku.

Ya. Ia menjawab doa, bahkan sebelum kita (sempat) berdoa.

Sunday, April 11, 2010

*...Sebuah Cerita Kehidupan dari India...*


Just Share...

Aku pikir, hidup ini kayanya cuma nambahin kesulitan-kesulitanku aja...!!! "Bisnis sedang remuk redam'", "Hidup tak berguna'" dan nggak ada sesuatu yang beres...!!! Tapi semua itu telah berubah. Pandanganku tentang hidup ini benar-benar telah berubah...!!! Tepatnya terjadi setelah aku bercakap-cakap dengan temanku. Ia mengatakan kepadaku bahwa walau ia mempunyai 2 pekerjaan dan berpenghasilan sangat minim setiap bulannya, namun ia tetap merasa bahagia dan senantiasa bersukacita. Aku pun jadi bingung, bagaimana bisa ia bersukacita selalu dengan gajinya yang minim itu untuk menyokong kedua orangtuanya, mertuanya, istrinya, 2 putrinya, ditambah lagi tagihan-tagihan rumah tangga yang numpuk. Kemudian ia menjelaskan bahwa itu semua karena suatu kejadian yang ia alami di India. Hal ini dialaminya beberapa tahun yang lalu saat ia sedang berada dalam situasi yang berat. Setelah banyak kemunduran yang ia alami itu, ia memutuskan untuk menarik nafas sejenak dan mengikuti tur ke India. Ia mengatakan bahwa di India, ia melihat tepat di depan matanya sendiri bagaimana seorang ibu MEMOTONG tangan kanan anaknya sendiri dengan sebuah golok...!!!

Keputusasaan dalam mata sang ibu, jeritan kesakitan dari seorang anak yang tidak berdosa yang saat itu masih berumur 4 tahun, terus menghantuinya sampai sekarang. Kamu mungkin sekarang bertanya-tanya, kenapa ibu itu begitu tega melakukan hal itu...? Apa anaknya itu 'so naughty' atau tangannya itu terkena suatu penyakit sampai harus dipotong...? Ternyata tidak...!!! Semua itu dilakukan sang ibu hanya agar anaknya dapat MENGEMIS...!!! Ibu itu sengaja menyebabkan anaknya cacat agar dikasihani orang-orang saat mengemis di jalanan...!!! Aku benar-benar tidak dapat menerima hal ini, tetapi ini adalah KENYATAAN...!!! Hanya saja hal mengerikan seperti ini terjadi di belahan dunia yang lain yang tidak dapat aku lihat sendiri...!!!

Kembali pada pengalaman sahabatku itu, ia juga mengatakan bahwa setelah itu ketika ia sedang berjalan-jalan sambil memakan sepotong roti, ia tidak sengaja menjatuhkan potongan kecil dari roti yang ia makan itu ke tanah. Kemudian dalam sekejap mata, segerombolan anak kira-kira 6 orang anak sudah mengerubungi potongan kecil dari roti yang sudah kotor itu, mereka berebutan untuk memakannya...!!! (suatu reaksi yang alami dari kelaparan). Terkejut engan apa yang baru saja ia alami, kemudian sahabatku itu menyuruh guide-nya untuk mengantarkannya ke toko roti terdekat. Ia menemukan 2 toko roti dan kemudian membeli semua roti yang ada di kedua toko itu. Pemilik toko sampai kebingungan, tetapi ia bersedia menjual semua rotinya. Kurang dari $100 dihabiskan untuk memperoleh 400 potong roti (jadi tidak sampai $0,25 / potong) dan ia juga menghabiskan kurang lebih $ 100 lagi untuk membeli barang keperluan sehari-hari. Kemudian ia pun berangkat kembali ke jalan yang tadi dengan membawa satu truk yang dipenuhi dengan roti dan barang-barang keperluan sehari-hari kepada anak-anak (yang kebanyakan CACAT) dan beberapa orang-orang dewasa disitu. Ia pun mendapatkan imbalan yang sungguh tak ternilai harganya, yaitu kegembiraan dan rasa hormat dari orang-orang yang kurang beruntung ini. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa heran bagaimana seseorang bisa melepaskan kehormatan dirinya hanya untuk sepotong roti yang tidak sampai $0,25...!!!

Ia mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri, betapa beruntungnya ia masih mempunyai tubuh yang sempurna, pekerjaan yang baik, juga keluarga yang hangat. Juga untuk setiap kesempatan dimana ia masih dapat berkomentar mana makanan yang enak, mempunyai kesempatan untuk berpakaian rapi, punya begitu banyak hal dimana orang-orang yang ada di hadapannya ini AMAT KEKURANGAN...!!!

Sekarang aku pun mulai berpikir seperti itu juga! Sebenarnya, apakah hidupku ini sedemikian buruknya...? TIDAK, sebenarnya tidak buruk sama sekali...!!! Nah, bagaimana dengan kamu...? Mungkin di waktu lain saat kamu mulai berpikir sepertiku, cobalah ingat kembali tentang seorang anak kecil yang HARUS KEHILANGAN sebelah tangannya hanya untuk mengemis di pinggir jalan...!!! Banyak hal yang sudah kita alami dalam menjalani kehidupan kita selama ini, sudahkah kita BERSYUKUR....? Apakah kita mengeluh saja dan selalu merasa tidak puas dengan apa yang sudah kita miliki...?

So MyFriendz, mari bersama kita bersyukur atas indahnya hidup. Semakin banyak kamu bersyukur kepada Tuhan atas apa yang kamu miliki, maka semakin banyak hal yang akan kamu miliki untuk disyukuri. Karena kita tidak pernah tahu apa yang DIA rencanakan untuk kita hari ini dan esok hari, yang kita tahu rencanaNya selalu indah tepat pada waktuNya. Amien.


"Life is beautiful for HE made it beautiful for us"

Friday, April 9, 2010

<<: Lose to Win :>>


MyFriendz, apa kabarnya...? Sudah lama ya aku tidak sharing dengan kalian. Izinkan aku sharing lagi yah, dalam perjalanan bisnis akhir-akhir ini dimana aku kuatir, takut, frustasi bahkan mulai bertanya-tanya lagi apakah benar semua ini karena kehendak Allah...? Namun semua pergumulan aku yang berat itu dijawab dengan cara yang sangat indah oleh Tuhan. Kapan aku melihat mukjizat dan campur tangan Tuhan yang begitu jelas di dalam hidup ini...? Saat aku belajar kalah kepada Tuhan. Beberapa kali aku mengalami jalan buntu dan berada dalam situasi yang di luar jangkauanku, sungguh sebuah keadaan yang benar-benar sulit. Saat-saat seperti itulah aku harus mengakui keterbatasanku dan membiarkan Tuhan yang menolongku. Terbukti ketika aku kalah di tangan Tuhan, aku justru menang.

Kalah tak selalu berarti menyerah justru menjadi kunci kemenangan. Menurutku, kata kalah memiliki dua definisi penting. Definisi pertama berarti menyerah dan berhenti. Namun definisi kedua berarti memberikan kepada kekuasaan lain. Definisi yang kedua inilah yang aku sebut sebagai kalah untuk menang. Yaitu ketika kita memberikan semua masalah dan pergumulan kita kepada Tuhan. Hanya saja selalu ada masalah dalam hal ini, yaitu kita tak membiarkan Ia secara total mengendalikan hidup kita sebaliknya kita selalu berusaha untuk “menolong” Tuhan menyelesaikan masalah kita.

Dengan kalah apakah berarti kita tak melakukan apa-apa...? Tentu bukan seperti itu. Maksudku adalah kerjakanlah apa yang menjadi bagian kita dengan segenap hati, lalu hal-hal yang memang di luar jangkauan kita serahkanlah itu kepada Tuhan. Mengerjakan bagian kita dan biarkan Tuhan mengerjakan apa yang menjadi bagianNya. Kalah di tangan Tuhan terbukti cara yang sangat efektif untuk menang. Terkadang dalam kehidupan kita memerlukan sebuah kekalahan supaya kita mau belajar, berusaha dan berjuang menemukan cara baru untuk menemukan sebuah "kemenangan" karena ada kemenangan yang sia-sia, tetapi ada kekalahan yang berharga jika kita menyadari kesalahan kita.

So MyFriendz...
Mari bersama kita awali hari ini dengan mengangkat tangan dan membiarkan Tuhan yang mengendalikan hidup kita. Karena bukan kekalahan yang membentuk karakter kita, melainkan apa yang kita lakukan setelah kalah dan janganlah kita takut atau menyerah dengan membiarkan semangat kita dipatahkan masalah, tetapi sebaliknya bersama Tuhan, patahkanlah setiap masalah dengan keberanian dan semangat yang membara agar kita memenangkan sukacita. Amien.

"Saya sudah lebih dari 9000 kali gagal melakukan tembakan. Saya sudah hamper 300 kali kalah dalam pertandingan. Setidaknya, 26 kali saya dipercaya untuk menjadi algojo penentu kemenangan dan saya gagal. Saya gagal terus dan terus dalam hidup saya. Dan, justru karena itulah saya sukses...!!!" - Michael Jordan

Warmest Regards,
Michael

"I Try Not Become A Man Of Success But Rather To Become A Man Of Value, Significance, Quality & Inspiration In Life"
"God Has Not Called Me To Be Successful But He Has Called Me To Be Faithful"
"If I Die Tomorrow..I'd Be Alright..Because I Believe..That After I'm Gone..The Spirit Carries On..."